Minggu, 14 Juli 2024 Prodi PGMI STPI Bina Insan Mulia Yogyakarta adakan diskusi bulanan atau yang biasa disingkat DILAN. Adapun salah satu sesi dari diskusi ini yaitu Enterpreneur dalam Pendidikan Islam. Pengertian entrepreneur itu sendiri bisa ditinjau dari sisi bahasa dan istilah. Dalam bahasa Indonesia, entrepreneur sering diterjemahkan sebagai “wirausahawan” atau “pengusaha”. Secara Istilah entrepreneur adalah individu yang kreatif, inovatif, dan berani mengambil risiko untuk menciptakan sesuatu yang baru dan bernilai. Berentrepreneur adalah sesuatu yang dibolehkan dalam Islam. “Tidak ada dosa bagimu mencari karunia (Rizki hasil perniagaan) dari Rabbmu…” (QS. Al-Baqarah: 198). Pada ayat lain juga dijelaskan, ” Dan manusia hanya memperoleh apa yang dia usahakan, dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan kepadanya, kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna, dan sesungguhnya kepada Tuhanmulah kesusahannya segala sesuatu” (QS. An-Najm: 39-42).
Dalam Islam, sosok yang dapat diteladani dalam bidang entrepreneur yaitu Rasulullah SAW. Sejak kecil hingga dewasa beliau telah menekuni entrepreneur hingga sukses. Usia 6 tahun beliau menggembala kambing milik Khadijah binti Khuwailid, seorang janda kaya di Makkah. Saat itu Rasulullah SAW dikenal sebagai gembala yang jujur dan amanah. Usia 12 tahun beliau mengikuti pamannya, Abu Thalib, dalam perjalanan dagang ke Syam (Suriah). Dari sana beliau memperoleh pengalaman berdagang dan bertemu dengan berbagai orang dari berbagai budaya. Selanjutnya pada usia 17 tahun secara mandiri melakukan perjalanan dagang ke Syam atas nama Khadijah. Beliau menunjukkan kemampuannya dalam berdagang dan mendapatkan keuntungan yang besar. Usia 25 tahun beliau menikahi Khadijah binti Khuwailid dan mengelola perdagangan Khadijah dengan sukses dan membawa keuntungan yang berlimpah.
Nilai-nilai yang dapat dipelajari dari perjalanan entrepreneur Rasulullah SAW adalah:
1. Kejujuran dan amanah adalah kunci kesuksesan dalam berbisnis.
2. Rajin dan tekun bekerja adalah modal utama untuk mencapai cita-cita.
3 Pantang menyerah dihadapkan dengan rintangan dan hambatan.
4. Memiliki jiwa dagang yang tinggi untuk melihat peluang usaha.
5. Cerdas dan kreatif dalam mengembangkan strategi bisnis.
6. Berani mengambil risiko yang terukur untuk meraih keuntungan.
Tahap-tahap yang dilalui oleh entrepreneur dalam memulai usahanya ada tiga, yaitu:
1. Tahap tanam
Pada tahap ini kompetensi utama yang dibutuhkan adalah kreativitas dan inovasi.
2. Tahap tumbuh
Pada tahap ini kemampuan yang dibutuhkan adalah kegigihan dan adaptasi.
3. Tahap kembang
Pada tahap ini hal yang dibutuhkan adalah rasa tanggung jawab sosial (berbagi), dakwah dan kontinuitas.
Terdapat perbedaan mendasar antara entrepreneur dalam Islam dengan dunia barat. Dalam Islam fokus dengan nilai-nilai keislaman misalnya etika, tanggung jawab sosial, keberkahan, manfaat jangka panjang di dunia sampai akhirat. Sedangkan entrepreneur di barat cenderung fokus pada keuntungan dan penciptaan nilai ekonomi. Semoga dengan adanya diskusi mengenai enterpreneur dalam pendidikan islam ini menambah semangat para mahasiswa untuk berwirausaha nantinya. (WM)